Akhir-akhir ini saya sering sekali mendengar berita tentang Gayus. Seorang PNS Dirjen Pajak golongan 3A yang memiliki kekayaan yang luar biasa besarnya. Bahkan seandainya semua harta Bang Gayus dibelikan krupuk, mungkin pulau Jawa bakal tenggelam oleh lautan krupuk.
Lalu apa yang salah dengan kasus Gayus?
Ada hal menarik yang saya lihat dari kasus ini. Percaya atau tidak, namun saya merasa kita sedang diajak untuk mengikuti suatu sinetron yang mungkin jumlah episodenya akan lebih panjang dari Sinetron Cinta Fitri sekalipun. Bedanya, kualitas skenario “sinetron Gayus” jauh lebih berkualitas karena membuat kita benar-benar tidak tahu siapa yang benar dan siapa yang salah. Benar-benar abu-abu
Penyelesaian kasus yang menimpa Gayus adalah potret bagaimana hukum begitu mudahnya dipermainkan oleh oknum-oknum yang berkuasa. Saya tidak percaya Gayus dapat melenggang begitu saja keluar penjara dan refreshing ke luar negeri dengan mudahnya tanpa ada yang mengatur. Ada sutradara yang luar biasa hebat dibalik skenario tersebut. Selain itu, saya juga melihat indikasi penggiringan opini publik dari kasus pajak menjadi kasus “hebatnya Gayus mengatur para penegak hukum”. Dan rupanya penggiringan ini mulai berhasil. Media-media lebih sering memberitakan skenario Gayus kabur daripada meliput dan menginvestigasi perusahaan-perusahaan yang diduga “bermain pajak” seperti yang sudah disampaikan oleh Gayus di dalam pemeriksaan di pengadilan.
Penggiringan opini yang nantinya berujung pada kata “lupa pada substansi utama” tersebut harus dilawan. Publik jangan mau digiring opininya. Harus ada upaya untuk menekan media agar menginvestigasi perusahaan-perusahaan tersebut.
Musuh utama kita bukan hanya Gayus. Dia hanya pion yang dijadikan kambing hitam untuk menutupi kelakuan “raja beserta jajarannya”. Layaknya koin Prita, saya percaya publik bisa membuat opini sendiri tanpa perlu digiring-giring.
Ah..agak berat juga post saya kali ini. Mungkin karena beberapa hari ini, saya terus dijejeli berita tentang Gayus… Mungkin sudah saatnya saya kembali menonton insert investigasi atau Spongebob..
Lalu apa yang salah dengan kasus Gayus?
Ada hal menarik yang saya lihat dari kasus ini. Percaya atau tidak, namun saya merasa kita sedang diajak untuk mengikuti suatu sinetron yang mungkin jumlah episodenya akan lebih panjang dari Sinetron Cinta Fitri sekalipun. Bedanya, kualitas skenario “sinetron Gayus” jauh lebih berkualitas karena membuat kita benar-benar tidak tahu siapa yang benar dan siapa yang salah. Benar-benar abu-abu
Penyelesaian kasus yang menimpa Gayus adalah potret bagaimana hukum begitu mudahnya dipermainkan oleh oknum-oknum yang berkuasa. Saya tidak percaya Gayus dapat melenggang begitu saja keluar penjara dan refreshing ke luar negeri dengan mudahnya tanpa ada yang mengatur. Ada sutradara yang luar biasa hebat dibalik skenario tersebut. Selain itu, saya juga melihat indikasi penggiringan opini publik dari kasus pajak menjadi kasus “hebatnya Gayus mengatur para penegak hukum”. Dan rupanya penggiringan ini mulai berhasil. Media-media lebih sering memberitakan skenario Gayus kabur daripada meliput dan menginvestigasi perusahaan-perusahaan yang diduga “bermain pajak” seperti yang sudah disampaikan oleh Gayus di dalam pemeriksaan di pengadilan.
Penggiringan opini yang nantinya berujung pada kata “lupa pada substansi utama” tersebut harus dilawan. Publik jangan mau digiring opininya. Harus ada upaya untuk menekan media agar menginvestigasi perusahaan-perusahaan tersebut.
Musuh utama kita bukan hanya Gayus. Dia hanya pion yang dijadikan kambing hitam untuk menutupi kelakuan “raja beserta jajarannya”. Layaknya koin Prita, saya percaya publik bisa membuat opini sendiri tanpa perlu digiring-giring.
Ah..agak berat juga post saya kali ini. Mungkin karena beberapa hari ini, saya terus dijejeli berita tentang Gayus… Mungkin sudah saatnya saya kembali menonton insert investigasi atau Spongebob..
*garuk2
BalasHapus