Komodo...wah..beberapa minggu ini, kontroversi mengenai Keikutsertaan Taman Nasional Komodo dalam kompetisi New 7 Wonders benar-benar menghiasi baik media cetak maupun elektronik.
Pagi ini, tanpa sengaja membaca blog milik Mr. Pri , saya sedikit tercengang dengan fakta-fakta yang cukup mengagetkan. Saya akan coba sedikit meramu kembali tulisan beliau agar lebih singkat. Mudah-mudahan bisa berguna.
FAQ 1: Kenapa sih repot-repot ngurusin masalah New7Wonders?
Karena New7Wonders merupakan vanity scam, yang memanfaatkan ego kita semua untuk meraup keuntungan. Ini tak jauh berbeda dengan penipuan Who’s Who atau diploma mill dimana korban menyerahkan sejumlah uang untuk atribut tertentu, misalnya gelar akademis atau person of the year, walaupun sebenarnya institusi tersebut tidak memiliki kredibilitas atau akreditasi untuk memberi gelar tersebut.
Praktis tak ada orang lain yang menganggap gelar atau atribut tersebut sebagai sesuatu yang penting. New7Wonders pun demikian, mereka hanyalah sebuah perusahaan kecil asal Swiss, bukan organisasi Internasional ataupun lembaga bentukan kerjasama multilateral antara negara-negara. Perbedaannya, New7Wonders menambahkan bumbu berupa kompetisi dengan kontestan lain, tujuannya untuk menyentuh rasa nasionalisme kita semua. Selain itu, New7Wonders merupakan vanity scam dengan skala internasional yang korbannya bukan lagi perorangan, tetapi negara-negara yang berdaulat.
Pada kontes tahun 2007, situs web New7Wonders memuat taut dan logo UNESCO. Khawatir akan dampak dari pencatutan nama ini, UNESCO kemudian mengklarifikasi bahwa mereka tidak memiliki sangkut paut dengan New7Wonders.
FAQ 2: Ah, ini kan gak beda dengan misalnya Indonesian Idol atau acara lainnya.
Tentu saja ada persamaan antara New7Wonders dan Indonesian Idol, misalnya keduanya sama-sama menggunakan media SMS untuk memilih. Dan tentunya ada keberatan-keberatan yang bisa dialamatkan kepada keduanya. Sebagai contoh, keduanya menggunakan kriteria populer untuk menentukan pemenang, bukan kriteria objektif. Sanjaya Malakar secara kontroversial bisa melaju ke babak ke-7 American Idol dengan kemampuan yang pas-pasan. Patung Kristus Penebus Rio de Janeiro bisa mendapatkan gelar ‘keajaiban dunia’, walaupun secara objektif, monumen-monumen lain seperti misalnya Candi Prambanan, Menara Eiffel atau Patung Liberty lebih berhak mendapatkan gelar tersebut.
Akan tetapi tentu saja ada perbedaan antara Indonesian Idol dan New7Wonders. Secara singkat: New7Wonders adalah Indonesian Idol yang pemenangnya ditentukan dari jumlah uang yang disetorkan kontestan kepada panitia. Kualitas objektif sama sekali tidak penting, yang penting jumlah uangnya. Kontestan tidak tahu berapa uang yang diberikan kontestan lainnya kepada panitia. Dan jika kontestan kalah, uang yang telah disetorkan tidak dikembalikan.
Stakeholder Indonesian Idol adalah peserta itu sendiri. Pada New7Wonders, walaupun peserta adalah Taman Nasional Komodo, stakeholder-nya adalah kita semua sebagai rakyat Indonesia.
Indonesian Idol mendapatkan pemasukan dari pihak ketiga yang mendapatkan hiburan dari acara tersebut. Panitia kemudian menyerahkan sebagian dari pemasukan tersebut kepada kontestan, dalam bentuk gaji, pelatihan, akomodasi, atau lainnya. Semua kontestan mendapatkan keuntungan, termasuk kontestan yang kalah di babak awal sekalipun.
New7Wonders mendapatkan penghasilan dari setoran kontestan itu sendiri yang berasal dari platform pemilihan berbayar. New7Wonders praktis tidak mengeluarkan biaya apapun untuk kontestan. Bahkan biaya pemasaran ditanggung oleh masing-masing kontestan. Biaya yang dikeluarkan kontestan yang kalah melalui platform voting berbayar tak dapat dikembalikan. Bagi seluruh kontestan, kontes New7Wonders merupakan negative-sum game.
FAQ 3: Ah, masa sih penipuan? Saya cuma keluar Rp 1 untuk memilih kok, atau bahkan gak keluar duit sama sekali.
Pemilih memang hanya mengeluarkan Rp 1, atau bahkan tidak mengeluarkan uang sepeserpun. Tetapi ongkos yang sesungguhnya lebih besar daripada itu.
Pertama, ada sponsor yang menyubsidi sehingga biaya yang harus dikeluarkan pemilih menjadi serendah itu. Karena panitia lokal harus membayar lisensi ke New7Wonders, dan mereka tentunya tidak akan menerima mata uang Rupiah, maka akan ada devisa kita yang terbuang. Maka, nilai sesungguhnya yang harus dibayar pemilih melalui SMS jauh lebih tinggi daripada Rp 1 atau Rp 0.
Kedua, akibat kontes ini, akan ada pihak yang mendapatkan basis data nomor ponsel dari puluhan juta rakyat Indonesia. Ini adalah informasi yang sangat berharga, mungkin jauh lebih berharga daripada bayaran lisensi kepada New7Wonders.
Ketiga, sang dalang dari skema ini tetap mendapatkan keuntungan jika kita ikut memilih, terutama melalui media seperti SMS premium.
Namun ada baiknya jika kita melihat lebih jauh daripada sekadar nilai uang yang hilang akibat skema ini: kontes New7Wonders ini menghina intelegensia kita semua. Karena pada praktiknya, ini hanyalah kontes ‘adu jumlah setoran’.
FAQ 4: Dasar orang Indonesia, gini aja diributin! Bukannya ngedukung, malah ngejatuhin!
Sikap saya dan kawan-kawan merupakan bentuk kepedulian kepada Indonesia, bukan sebaliknya. Kami tidak menyukai nasionalisme kawan-kawan dieksploitasi untuk kepentingan mereka.
Dan bukan hanya Indonesia, di negara-negara lain ada banyak rakyat mereka yang terusik dan melakukan edukasi seperti yang saya lakukan selama ini.
Kawan-kawan kita dari Korea yang merasa terusik dengan kampanye Jeju membuat situs web Justice4Jeju7. Mereka juga membuat situs No7Wonders yang berisi tentang masalah-masalah New7Wonders di berbagai negara. Kawan-kawan dari Vietnam membuat tulisan di sebuah forum tentang scam New7Wonders yang sampai tulisan ini dibuat sudah mencapai lebih dari 60 halaman. Red Hunt Travel, sebuah blog yang didirikan teman kita dari Kanada juga membahas tentang kontroversi New7Wonders.
FAQ 5: Kalau Komodo menang, maka pariwisata bisa naik.
Analisis yang saya lakukan dari data-data industri pariwisata tujuh pemenang New7Wonders tahun 2007 tidak menunjukkan adanya pertumbuhan pariwisata dari ditunjuknya tujuh monumen tersebut sebagai keajaiban dunia yang baru.
Seluruh penelitian yang sering dikutip oleh pihak New7Wonders pun ternyata tidak dilakukan dengan metodologi yang benar dan memiliki asumsi-asumsi awal yang salah.
Kawan-kawan kita dari Korea juga membuat analisis mendalam tentang ‘penelitian independen’ yang sering dikutip oleh oknum New7Wonders.
Sebaliknya, pertumbuhan kunjungan wisatawan mancanegara tahun 2007-2008 ke Indonesia ternyata lebih tinggi daripada enam negara pemenang New7Wonders 2007. Alih-alih mendapatkan penghargaan, Budpar justru mendapatkan kecaman karena memutuskan hubungan dengan New7Wonders!
Selain menobatkan kontestan sebagai pemenang, New7Wonders praktis tidak melakukan apa-apa. Seluruh biaya pemasaran ditanggung sepenuhnya oleh masing-masing kontestan. Dan pemasaran tersebut tentu saja bisa dilakukan tanpa harus ada New7Wonders.
Situs web New7Wonders bukanlah situs yang banyak dikunjungi pengguna Internet, sehingga tidak akan berpengaruh banyak terhadap pemasaran.
FAQ 6: Tapi setelah Komodo terpilih menjadi finalis, pariwisata di Komodo meningkat.
Ini adalah kesalahan logika post hoc ergo propter hoc. Jika kejadian B terjadi setelah kejadian A, belum tentu B terjadi karena A. Bisa saja A dan B disebabkan oleh faktor C (spurious relationship).
Dalam hal ini, faktor C adalah pemasaran yang dilakukan pemerintah untuk mempromosikan Taman Nasional Komodo. Faktor inilah yang menyebabkan Komodo terpilih menjadi finalis; sekaligus meningkatkan pariwisata di Taman Nasional Komodo. Tanpa harus menjadi nominasi New7Wonders pun, pariwisata bisa kita tingkatkan.
FAQ 7: Dasar pengkhianat! Dasar tidak nasionalis!
Rasanya terlalu jauh untuk mengukur nasionalisme hanya dari jumlah uang yang kita sumbangkan kepada Bernard Weber :). Saya pikir mayoritas rakyat Indonesia pada dasarnya sangat nasionalis, tetapi memiliki informasi yang berbeda-beda. Berikut saya peragakan dalam bentuk Johari window:
Mayoritas orang-orang yang mengirim SMS ke 9818 berada di kuadran 2. Dan sebagian besar rakyat Indonesia berada di kuadran ini. Tulisan-tulisan saya selama ini bertujuan untuk memindahkan teman-teman sebangsa dan setanah air dari kuadran 2 ke kuadran 1. Memilih untuk tidak berpartisipasi mengirim SMS pilih Komodo tentu tidak bisa disebut ‘tidak nasionalis’.
Bernard Weber dan oknum New7Wonders lainnya tentunya berada di kuadran 4. Hati kecil saya masih menaruh harapan bahwa tidak ada warga negara kita yang menjadi anggota kuadran 4 ini.
FAQ 8: Saya sudah tahu, tapi bolehkah kami teruskan vote Komodo?™
Pengalaman saya dalam mengamati vanity scam seperti diploma mill atau Who’s Who scam, ada orang-orang yang tetap bersikukuh bahwa hal ini bukanlah penipuan, walaupun telah diberi tahu hal yang sesungguhnya. Mereka tetap bangga dengan memamerkan plakat ‘Man of the Year’ yang didapatkan dengan harga $200 dari sebuah institusi yang tidak jelas asal usulnya, misalnya.
Di Indonesia, bisa jadi tak sedikit yang seperti ini. Orang-orang dengan sifat yang sama tersebut barangkali akan memiliki sifat yang sama pula pada kontes New7Wonders.
Penjelasan yang kedua, ada orang yang akan menjadi sangat defensif setelah diberi tahu bahwa dia tertipu. Ini adalah akibat dari choice-supportive bias.
Tentunya tak ada yang dapat menghalangi siapapun untuk mengirim SMS pilih Komodo. Yang dapat saya dan kawan-kawan lakukan hanyalah memberi informasi yang sesungguhnya.
FAQ 9: Negara-negara lain yang telah menjadi pemenang bangga atas prestasi tersebut. Kenapa kita tidak?
Betulkah? Saat saya mengumpulkan data mengenai pariwisata negara-negara pemenang New7Wonders pada tahun 2007, tak satupun situs web resmi pariwisata negara-negara tersebut yang menampilkan atribut New7Wonders secara besar-besaran.
Kalau tidak percaya, silakan lihat sendiri situs resmi dewan pariwisata negara-negara India, Yordania, Peru, RRC, Italia, Brazil dan Meksiko.
FAQ 10: Orang-orang yang terlibat dalam New7Wonders adalah orang-orang yang saya kenal memiliki integritas tinggi. Jadi tidak mungkin New7Wonders merupakan penipuan.
Ini adalah kesalahan berpikir argument from authority atau argumentum ad verecundiam: hanya karena X adalah orang yang kita kenal berintegritas, maka ucapan X kita anggap sebagai kebenaran. Tentu saja ini salah. Jika Einstein mengatakan 1+1=3, bukan berarti itu benar hanya karena Einstein yang mengatakannya.
Walaupun demikian, tentu tak dapat kita simpulkan bahwa orang-orang Indonesia yang terlibat dalam New7Wonders tidak berintegritas dan memiliki agenda jahat. Bukan tidak mungkin mereka termasuk ke dalam kuadran 2 di atas (lihat FAQ no 7 di atas). Atau mereka termasuk ke dalam kuadran 1 tetapi sudah terlanjur terikat dengan kontrak atau komitmen yang harus mereka penuhi.
Kabarnya, Jusuf Kalla hanya membutuhkan waktu lima menit untuk menerima tawaran untuk menjadi duta Komodo. Dalam waktu lima menit tentu saja tak mungkin bagi beliau untuk dapat melakukan analisis mendalam mengenai skema New7Wonders ini.
Tuduhan vanity scammer saya alamatkan hanya kepada Bernard Weber, New Open World Corporation dan New7Wonders Foundation, bukan kepada afiliasinya di Indonesia. Saya mengerti jika oknum-oknum New7Wonders ini sekilas terlihat sangat legitimate dan tak sedikit orang-orang yang sebetulnya berintegritas, tetapi terjebak dan mempercayai mereka.
FAQ 11: Kontes ini diiklankan oleh televisi nasional, didukung operator seluler dan perusahaan besar lainnya. Jadi tidak mungkin ini pembodohan.
Sama seperti FAQ 10, ini adalah kesalahan berpikir argument from authority atau argumentum ad verecundiam. Kesimpulan tersebut tak dapat diambil hanya karena iklan kontes New7Wonders ditayangkan televisi nasional dan didukung oleh operator seluler.
FAQ 12: Pemerintah telah mengeluarkan banyak dana untuk memenangkan Taman Nasional Komodo, kenapa harus berhenti di tengah jalan?
Dana yang telah dikeluarkan pemerintah kepada New7Wonders hanyalah biaya pendaftaran sebesar $200. Selain itu pemerintah juga mengeluarkan biaya untuk pemasaran. Biaya yang terakhir ini tentunya selain berefek pada perolehan suara Komodo di New7Wonders, juga berimbas pada kenaikan pariwisata di Komodo.
Jadi, biaya yang benar-benar hilang hanyalah biaya pendaftaran sebesar $200 ($200 perak, bukan $200 ribu atau bahkan $200 juta). Sedangkan biaya pemasaran akan terkonversi menjadi kenaikan industri pariwisata di Taman Nasional Komodo.
FAQ 13: Paling tidak ada kebanggaan Taman Nasional Komodo bisa masuk sebagai 7 keajaiban dunia. Dan ini berlaku untuk selamanya.
Berapa banyak di antara kita yang pada tahun 2008-2009 ingat di luar kepala siapa saja yang menjadi pemenang kontes New7Wonders 2007?
Rasanya tak banyak di antara kita yang ingat. Bisa jadi bahkan mengetahui kontes ini pun tidak. Kalau begitu, selain kita, apakah nantinya banyak orang-orang asing yang tahu daftar pemenang kontes New7Wonders tahun ini? Saya pribadi sangat meragukannya.
Ini tak jauh berbeda dengan atribut Person of the year yang didapatkan dengan harga $200 dari institusi yang tidak jelas asal usulnya: selain kita sendiri, praktis tak ada orang lain yang peduli dengan atribut tersebut.
FAQ 14: Tahun 2007, New7Wonders mengadakan acara deklarasi pemenang di Lisbon, Portugal yang megah dan diliput jaringan berita Internasional. Ini bisa jadi ajang untuk promosi.
Itu dulu. Tahun ini New7Wonders tidak akan mengadakan acara deklarasi pemenang. Setelah kisruh di Indonesia dan Maladewa, kelihatannya mereka tidak berhasil menemukan negara lain yang bersedia untuk membayar ongkos mahal yang mereka tuntut untuk menjadi tuan rumah acara ini.
Sebagai gantinya, New7Wonders akan mengizinkan negara-negara pemenang untuk membuat ‘acara penganugerahan’ sendiri di negara masing-masing. Tentu saja dengan biaya masing-masing.
FAQ 15: Tapi saya dengar New7Wonders bekerjasama dengan PBB.
Memang betul bahwa situs web Office for Partnership PBB (UNOP) memuat sebuah halaman mengenai kerjasama antara PBB dan New7Wonders. Halaman yang dibuat pada tanggal 8 Juli 2007 –satu hari setelah acara puncak New7Wonders tahun 2007– tersebut digunakan New7Wonders sebagai pondasi kredibilitas New7Wonders selama bertahun-tahun.
Karena tidak jelas seperti apa dan bagaimana bentuk kerjasama tersebut, maka teman-teman kita dari Korea menanyakan langsung ke UNOP. Jawaban dari UNOP mengejutkan: UNOP tidak memiliki kerjasama dengan New7Wonders, dan halaman tersebut merupakan bagian dari situs web lama UNOP. Jika kita mengakses situs web UNOP dari halaman depan, maka kita tidak akan menemukan keberadaan New7Wonders di sana.
Jerih payah teman-teman dari Korea dapat dibaca di berkas PDF ini: New7Wonders Foundation, Currently Not in Partnership with the UN Office for Partnerships.
Mungkin akibat dari ancaman gugatan hukum dari teman-teman dari Korea ini, New7Wonders kemudian merevisi halaman interesting questions and answers. Yang tadinya mengatakan “sedang bekerjasama dengan PBB”, menjadi “pernah bekerjasama dengan PBB”. Tetapi apa bentuk kerjasama yang telah dilakukan tetap menjadi misteri.
Situs berita Korea OhMyNews melakukan wawancara dengan New7Wonders dan mencoba untuk menanyakan apa bentuk kerjasama yang pernah dilakukan New7Wonders dan PBB. Tetapi lagi-lagi, perwakilan New7Wonders tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan.
Dengan situasi seperti ini, satu-satunya ‘kerjasama’ yang kita ketahui antara UNOP dan New7Wonders adalah bahwa Direktur UNOP Amir Dossal turut menghadiri acara puncak New7Wonders 7 Juli 2007 di Lisbon, Portugal.
FAQ 16: Kalau bukan kita yang mendukung Taman Nasional Komodo, lalu siapa lagi?
Tulisan saya ini tidak bertujuan untuk menghentikan dukungan kepada Taman Nasional Komodo. Sama sekali bukan itu tujuannya. Sebaliknya, dukungan penuh tetap harus kita berikan kepada Taman Nasional Komodo sebagai wahana konservasi maupun sebagai objek wisata.
Yang dipermasalahkan di sini hanyalah mendukung Taman Nasional Komodo melalui ajang kontes New7Wonders.
Jangan sampai pula kita terjebak pada anggapan yang menyamakan “tidak mendukung TMK melalui New7Wonders” dengan “tidak mendukung TMK”.
FAQ 17: Pasti ada hal positif yang disebabkan kontes New7Wonders: wisatawan berkunjung, kesejahteraan masyarakat bertambah, kepedulian terhadap komodo meningkat, ekonomi berkembang dsb. Bukankah semua itu hal yang positif?
Untuk keperluan pembahasan ini, mari kita asumsikan hal-hal yang positif tersebut adalah akibat dari New7Wonders (tapi lihat FAQ 6 di atas).
Jika A menyebabkan B; dan B merupakan hal yang positif, maka belum tentu A adalah hal yang positif. Untuk peragaan, ganti A dengan “Gayus melakukan korupsi” dan B dengan “perbaikan sistem perpajakan”. Rasanya semua setuju kalau A adalah hal yang negatif dan B adalah hal yang positif.
Sekarang ganti A dengan “kontes New7Wonders” dan B dengan “kesejahteraan masyarakat meningkat”. Rasanya semua setuju jika B adalah hal yang positif (walaupun hubungan sebab akibat tetap harus dipertanyakan, lihat FAQ 6 di atas), tetapi hanya karena B adalah hal yang positif, tidak dapat disimpulkan bahwa A adalah hal yang positif pula. Positif atau tidaknya A tetap harus dievaluasi secara independen.
Hal ini merupakan kesalahan berpikir appeal to consequences. Dalam bahasa Inggris dikenal ada pepatah “the end result doesn’t justify the means”.
Yang seharusnya kita lakukan adalah meningkatkan industri pariwisata dan konservasi alam di Taman Nasinal Komodo “dengan cara yang baik”, bukan “apapun akan dilakukan asal tujuan tercapai”.
FAQ 18: Pemimpin-pemimpin negara lain saja mendukung kontes ini, kenapa kita tidak?
Barangkali mereka tidak tahu duduk persoalannya. Barangkali mereka tahu, tapi ingin memanfaatkan acara tersebut untuk mendongkrak popularitas mereka.
Ini lagi-lagi merupakan argument from authority. Kenyataannya adalah bahwa New7Wonders merupakan vanity scam terlepas apa yang dikatakan tokoh-tokoh tersebut. Jika pemimpin-pemimpin tersebut ‘masuk sumur’, apa kita juga akan ikut ‘masuk sumur’?
Untungnya, pemimpin negara kita (dan juga Maladewa) bisa mengetahui kejanggalan kontes New7Wonders ini jauh lebih cepat daripada negara-negara lain akibat kisruh acara puncak antara New7Wonders dan pemerintah Indonesia dan Maladewa. Jika tidak ada kasus ini, rasanya negara kita akan bernasib sama dengan negara lain.
FAQ 19: Katanya New7Wonders akan membagikan keuntungannya untuk keperluan konservasi dari pemenang kontes ini. Kenapa kita tidak dukung usaha ini?
Pada kontes tahun 2007, pihak New7Wonders menjanjikan 50% dari surplus untuk konservasi monumen-monumen yang menjadi pemenang. Walaupun demikian, New7Wonders tidak pernah memenuhi janji tersebut, alasannya: “Kami tidak mendapat keuntungan.” Pihak New7Wonders menolak untuk memberitahu jumlah pemasukan dan pengeluaran ketika ditanya media massa.
Untuk kontes tahun 2011 ini, New7Wonders sama sekali TIDAK menjanjikan hal yang sama seperti yang mereka janjikan pada tahun 2007. Kali ini, 50% tersebut akan mereka gunakan untuk keperluan mereka sendiri. Kontestan tidak akan mendapatkan apapun dari mereka.
Yang membuat janji pembagian keuntungan untuk konservasi adalah official steering committee (OSC) dari New7Wonders di Indonesia, bukan New7Wonders itu sendiri.
eniwei kata "saya" ditulisan tersebut bukan yang punya blog ini lho ya..Tulisan ini bersumber dari http://priyadi.net/archives/2011/10/30/faq-tentang-new7wonders/#comment-589520
Saya sendiri sepakat dengan apa yang ditulis beliau. Saya menganggap tidak ada salahnya KemenBudPar kita menarik dukungan mengingat ketidakjelasan pihak penyelenggara tersebut dan aliran dananya.
Saran saya bagi yang ingin tetap mendukung adalah vote saja Komodo melalui website new7wonders . Disana teman-teman bisa memilih Komodo untuk menjadi New7Wonders 2011.
saya abstain deh, hehehe, soalnya juga gak terlalu suka komodo, it can eat us #eh xD
BalasHapuslah..cacing ma semut juga bisa makan kita kali mbak.....
BalasHapusnice info..... tp mnurut saya pulau komodo tu gak ada istimewahnya....
BalasHapus"nice info..... tp mnurut saya pulau komodo tu gak ada istimewahnya...."
BalasHapusYaa..masing-masing orang punya sudut pandang yang berbeda. Menurut sudut pandang pariwisata dunia, Pulau Komodo punya keunikan dan kekhasan yang tidak dijumpai di belahan dunia lain..